Thursday 15 August 2013

Share on :



Memang tidak ada pernah habisnya apabila mengulas masalah peretas atau hacker sekaligus aksi mereka, hacking. Sayangnya, khususnya di Indonesia, sosok seorang hacker masih dipandang sebagai tokoh antagonis atau berkonotasi negatif.

Memang ada kalanya aksi peretasan dilakukan atas dasar iseng dan having fun saja. Namun, di sisi lain, ada kelompok hacker yang biasa disebut white hat lebih mengedepankan pengujicobaan atas sistem keamanan suatu website.

Dari uji coba tersebut, tidak sedikit dari mereka, para white hat, memberitahukan kepada pemilik situs bahwa ada celah yang berbahaya untuk dapat dijadikan jalan masuk peretas lain yang ingin merusak sistem atau juga malware dan virus komputer lain.

Sayangnya, tidak banyak orang atau pihak lain yang paham bahwa hacker terdiri dari berbagai golongan. Khususnya di Indonesia dan khususnya lagi untuk orang awam, mereka rata-rata memukul rata bahwa hacker adalah seorang yang jahat dan tukang merusak saja.

Menurut Jim Geovedi, seorang analis keamanan jaringan terkenal dari Indonesia, di sela-sela seminar Hacker's Day pada tahun 2008 silam, mengatakan bahwa profesi hacker itu dibagi atas dua kategori yaitu corporate hacker dan independent hacker.

Corporate hacker adalah orang-orang yang bekerja sebagai seorang programer, administrator, operator, security officer, IT auditor dan konsultan TI. Sedangkan independent hacker adalah orang-orang yang paham akan 'mengoprek' operating system dan software, intrusion specialist, vulnerability researcher, botnet owner, pembuat rootkit/virus komputer dan malware sampai dengan spammer.

"Orang-orang yang paham dan mengerti bahasa pemrograman, sedikit banyak bisa melakukan hacking," jelas Jim.

Satu kontradiksi yang tidak begitu kentara muncul bahwa tipikal rata-rata orang Indonesia adalah mulai bingung dan marah ketika sistem website mereka berhasil dilumpuhkan. Mayoritas pemilik website tidak membekali terlebih dahulu sistem keamanan namun lebih fokus pada keindahan dan mempercantik tampilan website saja.

Oleh karena itu, ketika sistem website mereka berhasil dijebol, akan ada satu pandangan bahwa pasti hal tersebut adalah ulah hacker dan konotasinya sangat negatif.

Padahal apabila dilihat dari kasusnya, jebolnya sistem keamanan tersebut adalah peringatan bagi pemilik situs dari peretas bahwa website mereka masih tidak aman dan perlu dilakukan pengamanan lebih tinggi.

Sayangnya, dari aksi 'peringatan' oleh para hacker topi putih ini sering dimanfaatkan oleh para peretas abal-abal atau yang masih pemula. Mereka rata-rata melakukan peretasan atas dasar iseng saja dan ingin mencoba ilmu mereka.

Namun terlepas dari entah itu aksi negatif atau positif, para hacker di Indonesia dapat dikatakan sebagai tentara bayangan yang tidak resmi untuk menjaga kedaulatan internet tanah air.

Mereka bahu membahu untuk menangkal serta melakukan serangan balik terhadap aksi para peretas luar yang ingin menghancurkan sistem dan lalu lintas internet di Indonesia.

Contohnya saja ketika Indonesia diserang hacker-hacker dari Brazil, Bangladesh, China, Australia dan pihak lain beberapa waktu sebelum ini, seperti ketika pejuang melawan penjajah Belanda, para peretas bekerja sama untuk menangkal segala jenis serangan dari luar.

Akan tetapi, tidak banyak dari aksi 'patriotik' tersebut disikapi atau mendapatkan apresiasi khusus dari pemerintah. Bahkan, apabila pemerintah dapat lebih jeli, dari banyaknya hacker-hacker Indonesia yang handal ini dapat diberdayakan.

0 comments:

Post a Comment

Comments On Facebook

banner ads banner ads banner ads banner ads

Follow Us


  •